Seperti Apakah Sejarah Pertambangan Timah di Belitung? Beginilah Kisahnya

Artikel dan Berita Tentang Belitung
Add to bookmarkAdded
Belitung Article #201
 
 Asep Irwan Gunawan  1/09/2019
Location: Belitung VIEW 12081 LIKE 774

Bicara tentang riwayat Belitung maka kita tidak akan melupakan kisah pertambangan timah. Cerita pertambangan timah di Belitung memang sangat melegenda. Bahkan begitu melegendanya, kisah pertambangan timah di Belitung digambarkan dalam novel dan film Laskar Pelangi yang terkenal tersebut. Timah memang menjadi salah satu hasil bumi dan komoditas paling besar di Belitung. Meskipun sekarang sudah tidak ada perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan timah skala besar, namun sejarahnya masih menarik untuk ditelusuri. Lalu seperti apakah kisah pertambangan timah di Belitung? Inilah ceritanya.

Awal Mula Kegiatan Pertambangan Timah Belitung

foto #0 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Sejarah pertambangan timah di Belitung sendiri sudah ada sejak lama yakni sejak tahun 1852. Semua berawal dari penemuan timah di Belitung tahun 1823 oleh JP. De La Motte yang merupakan Kapten berkebangsaan Belgia dan menjabat Asisten Residen di Belitung. Pada awalnya penambangan timah direncanakan oleh Inggris, tapi karena ada Traktat London di tahun 1850 maka penambangan pun dialihkan ke pemerintahan Belanda yang kemudian dikelola oleh perusahaan bernama Billiton Maatschapij. Billiton Maatschapij sendiri merupakan perusahaan swasta yang dimiliki John Loudon dan rekan-rekannya dengan mengendalikan dan mendominasi tambang dan pertambang timah di Belitung selama 1 abad lamanya.

Perkembangan Pertambangan Timah di Belitung

foto #1 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Awalnya pengelolaan tambang timah di Belitung ini dijadikan satu dengan Bangka. Karena begitu pesatnya perkembangan pertambangan timah di Belitung maka pada tahun 1852, pertambangan timah di Belitung kemudian dipisahkan dari Bangka. Pemisahan ini terutama pada urusan administrasi dan kewenangan penambangan timah. Pemisahan ini sendiri dilandasi atas alasan menghindari pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan timah di Belitung yang berkembang pesat.

Perkembangan timah di Belitung yang pesat antara tahun 1875 hingga 1891, membuat produksi timah di Belitung mampu menyamai Bangka. Meski luas wilayah eksplorasi tambang yang pertama tak sampai setengah dari yang kedua, namun hasil tambang yang didapatkan terbilang tinggi. Dari pertumbuhan timah di Belitung yang pesat tersebut membuat Billiton Maatschapij mampu menyumbang 750 ribu gulden untuk perbendaharaan Hindia Belanda.

foto #2 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Buruh Tambang Timah

Pada abad ke-19, buruh-buruh dari China berdatangan ke Bangka-Belitung untuk menjadi kuli tambang timah. Buruh-buruh yang datang dan bekerja di pertambangan timah di Belitung ini langsung dibayar setelah mereka bekerja setiap harinya sesuai hasil yang mereka peroleh. Kemudian setiap awal tahun para buruh timah Belitung memiliki hak untuk memilih “numpang” atau unit kerja yang mereka anggap baik. Dan khusus para buruh dari Cina, maka setelah bekerja tiga tahun dan tidak memiliki hutang, mereka punya hak untuk mengajukan permohonan pulang ke Cina dengan biaya perusahaan. Fasilitas lain yang diterima para buruh tambang di Belitung adalah adanya rumah sakit khusus untuk para pekerja tersebut. Menilik dari berbagai fasilitas para pekerja yang ada di Belitung memang didapati keadaan yang lebih baik dibanding para pekerja di Bangka.

foto #3 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Perekonomian Merosot Karena Faktor Harga Timah

Keadaan pertambangan timah di Belitung yang bertumbuh memang tidak bisa bertahan terus-menerus. Sebab sesudah Perang Dunia I, harga timah dunia turun drastis. Dari sinilah kemudian Belanda bersama negara-negara penghasil timah lainnya lewat Persetujuan Bandung (1921-1924) memutuskan untuk membatasi produksi timah. Akibat dari anjloknya harga timah dunia membuat perekonomian Belitung jadi merosot. Imbas dari perekonomian yang merosot tersebut membuat banyak buruh asal Cina banyak yang memutuskan pulang kampung. Setidaknya ada lebih dari lima ribu penambang Cina di tahun 1930 meminta ingin kembali ke negaranya. Yang bertahan dari mereka hanyalah yang merupakan peranakan. Mereka bertahan di Belitung bertanam sahang, tanaman yang terbukti lumayan berhasil di Bangka-Belitung.

foto #4 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Keadaan Makin Memburuk Karena Kedatangan Jepang

Walau pada akhir 1930-an harga timah dunia kembali naik, tapi keadaan ini tidak bertahan lama. Ini karena terjadi Perang Dunia II yang membuat produksi timah mengalami hambatan. Perang Dunia II membuat Jepang berhasil menduduki Belitung. Masuknya Jepang menggantikan Belanda menjadikan keadaan semakin runyam untuk pertambangan timah, terutama bagi kuli-kuli tambang. Selain tidak ada lagi beras subsidi, perawatan kesehatan pun jadi semakin memburuk. Akibat tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan, para buruh tambang timah ini lantas pergi ke pedalaman dan berkebun singkong untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Beberapa pekerja lain malah dipekerjakan oleh pemerintah Jepang di tambang-tambang minyak serta untuk pembangunan lapangan terbang dekat Tanjung Pandan yang menelan banyak korban.

foto #5

Billiton Maatschapij Kembali

Saat Jepang kemudian harus kembali mengakui kekalahannya dari tentara sekutu, maka Belanda pun kembali lagi ke Indonesia. Tepatnya di tanggal 18 Oktober 1945, Billiton Maatschapij datang kembali ke Tanjung Pandan. Namun saat itu maskapai sudah berganti dengan nama NV Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton atau GMB. Meski harus terlebih dahulu bertempur dan mengalahkan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar-laskar pro-republik yang datang dari Bangka, Belanda pun akhirnya kembali eksis di Belitung. Untuk memulihkan keadaan ekonomi, Belanda kemudian menggalakkan kembali produksi timah serta membentuk semacam pemerintahan otonom untuk membendung pengaruh Republik Indonesia dengan dukungan dari maskapai.

Pekerja Timah Cina yang Mulai Bereaksi

Kehadiran kembali Billiton Maatschapij atau GMB ini ternyata membuat para buruh atau pekerja tambang timah dari Cina bereaksi. Mereka tidak lagi mau ikut dengan mudah kemauan atau perintah dari pemilik perusahaan. Bahkan tak jarang mereka kemudian melakukan protes dan aksi mogok kerja. Salah satu aksi mogok kerja yang dilakukan para pekera Cina adalah pada 29 April 1946, dimana mereka menuntut kenaikan upah, pengurangan jam kerja dan juga libur 1 Mei. Selain untuk kesejahteraan, ada alasan lain mengapa para pekerja tambah timah dari Cina ini sering melakukan protes sekembalinya Billiton Maatschapij atau GMB ke Belitung. Adalah rasa kebanggaan terhadap kebangkitan Cina dan juga pengalaman masa pendudukan Jepang yang membuat para pekerja tambang timah dari Cina ini cepat bereaksi terutama saat Belanda menerapkan kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan mereka.

Pengambilalihan Perusahaan oleh Pemerintah Indonesia

Pada tahun 1949, sebagian besar saham dari GMB diambil oleh pemerintah Indonesia. Sebagian lagi saham GMB dipegang Billiton Mij di Belanda. Dan pada tahun 1958, aset perusahaan GMB diambil alih oleh Indonesia dan diganti dengan nama PN Tambang Timah Belitung. Setelah itu ditahun-tahun berikutnya, pemerintah melebur PN Tambang Timah Belitung dengan PN Tambang Timah Bangka (sebelumnya Bangka Tin Bedrijft) dan juga PN Tambang Timah Singkep (sebelumnya Singkep Tin Exploitatie Maatschappij) menjadi PN Tambang Timah. Dan PN Tambang Timah inilah yang menjadi cikal bakal perusahaan yang populer kita kenal dengan nama PT Timah.

Dari nasionalisasi perusahaan yang dijalankan pemerintah Indonesia ini membuat perubahan lain selain nama perusahaan. Perubahan tersebut terlihat dari tenaga kerja yang kemudian diambil hanya pada warga negara Indonesia dan beberapa tenaga kerja asing, tapi bukan dari kalangan Tionghoa.

Tags: #ecns2007, #estudisprecolombins, #grupoalvorada


Komentar