Mengenal Budaya Berebut Lawang

Artikel dan Berita Tentang Belitung
Add to bookmarkAdded
Belitung Article #229
 
 Asep Irwan Gunawan  20/05/2020
Location: Belitung VIEW 1483094 LIKE 0

Belitung yang memiliki budaya melayu memang punya tradisi berpantun yang tak lekang zaman. Dari budaya pantun yang terus menerus menurun inilah kemudian di Belitung muncul tradisi berebut lawang. Berebut lawang ini sendiri adalah tradisi beradu pantun antara dua pihak mempelai dalam acara pernikahan. Bila Anda akrab dengan tradisi palang pintu pada budaya Betawi, maka budaya berebut lawang ini sebenarnya tidak jauh berbeda. Bahkan dalam konsepnya, budaya berebut lawang sama seperti palang pintu dimana beradu pantun ini dilakukan saat pihak mempelai pria akan masuk rumah calon mempelai wanita pada acara pernikahan.

Permulaan Berebut Lawang

foto #0 Berebut Lawang
Berebut Lawang

Sebelum adu pantun dimulai, dalam budaya berebut lawang ini diawali dulu dengan penjemputan kedatangan pihak pengantin pria oleh pihak pengantin wanita. Saat bertemu, kedua belah pihak akan saling bersalaman dan kemudian pihak mempelai wanita akan memberikan sirih, gambir serta kapur ke pihak pengantin laki-laki sebagai simbol penghormatan. Rombongan pengantin pria sendiri datang dengan iringan musik hadrah aau musik rebana sembari menyanyikan lagu bernuansa Islami.

Tiga Pos Dalam Berebut Lawang

foto #1 Berebut Lawang
Berebut Lawang

Dalam tradisi atau budaya berebut lawang sendiri ada tiga pos yang harus dilewati oleh pihak mempelai laki-laki untuk sampai ke rumah pihak mempelai perempuan. 3 pos atau pintu yang akan dilewati ini sendiri dalam tradisi Belitung menjadi simbol atau cerminan tanggungjawab suami kepada istri saat nanti berkeluarga. Pos petama adalah ketika mempelai pria akan memasuki halaman rumah sang mempelai wanita. Di pos pertama ini akan terjadi adu pantun antara perwakilan pihak mempelai laki-laki dengan pihak mempelai perempuan. Adu pantun di pos pertama ini sendiri umumnya berisi pantun-pantun dengan tema pengenalan calon suami dan keluarganya ke pihak calon istri. Pos atau pintu pertama sendiri memiliki filosofi bahwa pengantin laki-laki atau calon suami harus siap memberi nafkah kepada istri dan anaknya kelak.

Tantangan Pos Kedua

foto #2 Berebut Lawang
Berebut Lawang

Berhasil melewati pos pertama, romobongan pengantin pria harus berhadapan dengan pos kedua yang berada tepat di depan pintu masuk rumah calon pengantin wanita. Di pos kedua ini perwakilan pengantin pria kembali harus beradu pantun dengan perwakilan pengantin wanita. Pada tantangan adu pantun di pos kedua ini, pantun-pantun yang dilancarkan biasanya berisi ucapan salam kepada sang pemilik rumah. Pada tantangan di pos atau pintu kedua ini memiliki cerminan bahwa pengantin laki-laki yang akan jadi suami harus mampu menjadi pemimpin atau imam yang baik bagi istri dan anaknya nanti.

Tantangan Pos Terakhir

foto #3

Tantangan selanjutnya muncul di pos terakhir yakni pos ketiga yang berada di depan kamar mempelai wanita. Di sini kembali terjadi adu pantun yang kali ini dilakukan oleh sang mempelai laki-laki dengan maksud supaya bisa menemui sang calon istri di dalam kamarnya. Sementara itu tantangan di pintu atau pos terakhir ini memberi arti bahwa calon suami nantinya harus bisa merias istri dan anak-anaknya dengan salah satunya memberikan pakaian yang layak.

Memberikan Uang Perayu

Dalam tradisi atau budaya berebut lawang ini, pihak perwakilan pengantin laki-laki tidak hanya harus beradu pantun. Namun di setiap pos yang ada, rombongan mempelai pria ini harus juga memberikan ‘uang perayu’ kepada perwakilan mempelai wanita. ‘Uang perayu’ ini sendiri merupakan syarat supaya pihak rombongan pengantin laki-laki bisa melewati pos-pos yang ada tersebut. ‘Uang perayu’ ini sendiri bukan berarti nantinya menjadi milik pengantin wanita, tapi uang tersebut akan digunakan untuk membantu kelancaran jalannya pernikahan.

Nantinya ‘uang perayu’ yang didapatkan oleh pihak perwakilan mempelai wanita akan diberikan kepada beberapa pihak seperti kepada tukang masak yang uangnya didapat di pos pertama halaman rumah. Kemudian ‘uang perayu’ yang didapat di depan pintu masuk rumah akan diberikan kepada ketua hajatan. Sedangkan ‘uang perayu’ yang didapat di depan kamar perempuan akan diberikan kepada tukang rias atau disebut dengan Mak Inang.

Setelah Prosesi Berebut Lawang

Setelah prosesi berebut lawang ini selesai dilakukan maka sebelum duduk di tempat yang disediakan, pihak rombongan mempelai laki-laki akan menyerahkan berbagai hantaran yang telah dibawa kepada pihak mempelai wanita. Pengantin laki-laki dan wanita sendiri akan duduk di pelaminan. Setelah itu barulah acara resepsi pernikahan dimulai.

Tags: #ecns2007, #estudisprecolombins, #grupoalvorada


Komentar