7 Impressive Belitung Culture and Art Dishes to Watch

Article and News About Belitung
Add to bookmarkAdded
Belitung Article #160
 
 Asep Irwan Gunawan  29/04/2018
Location: Belitung VIEW 7255 LIKE 1695

Berlibur ke Belitung memang tidak akan membuat Anda hanya bisa menyaksikan sajian alam yang indah. Sebab Belitung yang didiami oleh beragam agama dan etnis seperti melayu, bugis, tionghoa dan lainnya, menjadikan kita bisa menikmati pesona seni-budaya yang menarik dan beraneka macam. Pesona seni-budaya di Belitung sendiri bukan hanya sebatas wacana yang bisa kita dengarkan kisahnya. Tapi meski zaman sudah banyak berubah, kesenian dan budaya di Belitung masih dilestarikan dan bahkan beberapa diantaranya dipertontonkan dalam sebuah event festival tertentu setiap tahunnya. Berikut beberapa seni-budaya mengesankan yang dapat kita saksikan ketika berlibur ke Belitung.

1. Buang Jong

foto #0 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Pesona seni-budaya pertama dari negeri laskar pelangi yang bisa kita nikmati adalah Buang Jong. Tradisi Buang Jong sendiri dipelopori oleh salah satu suku asli di Belitung yakni Suku Sawang yang hidup di lautan. Buang Jong ini sendiri berwujud tradisi larung laut dengan membuang Jong atau perahu kecil ke lautan. Seperti tradisi larung laut di tempat lainnya maka sebelum melepaskan Jong ke lautan akan dilakukan ritual dengan menaruh beberapa sesaji pada sebuah perahu yang telah dilengkapi Ancak (susunan kerangka bambu yang membentuk rumah). Upacara persembahan kepada penguasa laut ini dilakukan untuk meminta perlindungan, keselamatan dan keberkahan saat berlayar mencari ikan di lautan. Buang Jong yang sudah rutin dilakukan setiap tahunnya ini biasanya akan diselenggarakan pada bulan Agustus – November ketika berhembus angin musim Barat. Begitu menariknya prosesi Buang Jong yang secara keseluruhan memakan waktu 3 hari 3 malam tersebut membuat Pemerintah Daerah setempat membuat event Festival Buang Jong. Festival Buang Jong ini bisa kita saksikan umumnya pada bulan November di Pantai Mudong. Setelah prosesi puncak berupa pelarungan Jong maka dalam waktu tiga hari ke depan masyarakat Suku Sawang akan dilarang untuk melaut.

2. Maras Taun

foto #1 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Budaya asal Belitung yang satu ini tidak diketahui asal usulnya dan kapan dimulainya. Meski demikian, ritual Maras Taun ini menjadi salah satu tradisi yang paling populer di Belitung. Setiap tahunnya masyarakat desa berkumpul di suatu tempat untuk melaksanakan Maras Taun. Maras Taun memang bisa diikuti oleh siapa saja tanpa memandang umur atau status. Saat Maras Taun dilaksanakan maka akan ada dukun kampung atau kepala kampung yang memimpin pelaksanannya. Ketika itu dukun kampung akan memimpin masyarakat untuk berdoa meminta perlindungan dan keselamatan desa dan penduduknya. Bisa dikatakan Maras Taun ini memang seperti upacara selamatan desa di Pulau Jawa. Tradisi Maras Taun sendiri dilakukan setiap setahun sekali pasca masa panen. Selain berdoa memohon keselamatan dan perlindungan, Maras Taun dilakukan guna mewujudkan rasa syukur atas panen yang telah diperoleh. Dalam ritual Maras Taun tersebut biasanya akan ada urutan acara yang dilakukan seperti doa awal, tepong taw belitung dan doa penutup. Menariknya tidak hanya ritual berdoa saja yang bisa kita saksikan di Maras Taun, sebab ketika penyelenggaraannya kita akan disuguhi beberapa kesenian tradisional Belitung seperti tari sepen, ngemping dan nutok lesong panjang. Karena ritual yang sebelumnya bernama memaras ini sudah menjadi agenda rutin tiap tahunnya maka Anda yang sedang berlibur ke Belitung dapat menyaksikannya dengan antusias.

3. Nirok Nanggok

foto #2 http://anggyrodith.blogspot.co.id
http://anggyrodith.blogspot.co.id

Di bagian Selatan Pulau Belitung di Desa Belantu, Kemiri, masyarakatnya sudah sangat familiar dengan tradisi Nirok Nanggok. Tradisi Nirok Nanggok ini juga menjadi budaya pedesaan di Belitung yang dilakukan saat musim kemarau panjang tiba. Ketika musim kemarau panjang yang biasanya berlangsung dari bulan Agustus hingga September, sungai-sungai di Belitung akan surut drastis. Dari sini maka akan banyak ikan yang bisa didapati di sungai. Dengan menggunakan alat bernama tirok (semacam tongkat kayu yang dipasang mata tombak pada bagian pangkalnya) dan tanggok (semacam jala kecil dari rotan), masyarakat secara bersama-sama turun sungai untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Meski terkesan hanya kegiatan mencari ikan, tapi sebelum berlangsungnya aktivitas tersebut ada rangkaian tahapan panjang yang harus dilalui. Bahkan dalam beberapa rangkaian acara tersebut ada beberapa tahapan yang bersifat sakral dan berisi peraturan ketat yang tidak boleh dilanggar. Prosesi Nirok Nanggok sendiri akan dipimpin oleh dukun kampong serta dihadiri para pemuka kampong. Tujuan diadakan Nirok Nanggok ini adalah sebagai ajang mengkompakkan atau menyatukan masyarakat serta untuk melestarikan tradisi setempat. Meski masyarakat bebas mencari ikan tapi pada akhirnya tidak semua ikan dapat diambil, karena harus ada ikan yang dilepas ke sungai guna usaha pelestarian.

4. Antu Bubu

foto #3 https://twitter.com/visitbeltim
https://twitter.com/visitbeltim

Antu Bubu merupakan kesenian dan sekaligus permainan lama di Belitung yang bisa kita rasakan sensasi dan kesan mistisnya. Antu Bubu sendiri terdiri dari dua kata yakni Antu yang berarti Hantu dan Bubu yang merupakan alat menangkap ikan dari rotan. Bubu ini memang akan digunakan dalam permainan yang penuh misteri tersebut. Karena begitu mistisnya Antu Bubu maka permainan ini hanya dikhususkan untuk orang dewasa saja, itu pun yang berpengalaman saja. Dengan dipimpin oleh seorang dukun kampung, Antu Bubu akan dimulai dengan pembacaan doa untuk menghindari hal-hal buruk yang dapat terjadi. Saat semuanya sudah siap, dukun akan mendekati bubu dan mendatangkan roh (hantu) untuk masuk ke dalam bubu. Setelah itu barulah para pemain akan mencoba memeluk dan mengendalikan bubu. Karena sudah dimasuki roh tentu saja bubu tidak mudah untuk didekati dan dipeluk. Hingga kemudian ketika ada pemain yang berhasil mengendalikan dan merusak bubu, dialah yang dianggap sebagai pemenangnya.

5. Beripat Beregong

foto #4 http://www.belitungisland.com
http://www.belitungisland.com

Selain permainan Antu Bubu, di Belitung juga ada seni-budaya dalam wujud permainan lainnya bernama Beripat Beregong yang bisa disaksikan. Beripat Beregong sendiri terdiri dari dua kata yakni Beripat yang diambil dari kata Ripat dengan arti memukul atau mencambuk dengan alat. Sementara itu Beregong yang diambil dari kata Gong berarti alat musik yang digunakan untuk mengiringi permainan. Jadi bisa dikatakan Beripat Beregong ini adalah permainan berwujud seni bela diri khas Belitung yang menggunakan alat pukul yang terbuat dari rotan. Untuk mengadakan acara ini dibutuhkan sebuah balai peregongan yang merupakan tempat untuk bertanding dengan tinggi 6-7 meter. Dari ketinggian ini juga nantinya alat-alat musik yang dibutuhkan harus diangkut ke atas. Karena sulitnya membangun balai perengongan dan hal-hal teknis lain untuk melaksanakan Beripat Beregong, maka disayangkan tradisi ini mulai luntur dan ditinggalkan secara perlahan. Tapi meski demikian, Anda tak perlu khawatir karenapada waktu-waktu tertentu beberapa daerah di Belitung akan melaksanakan tradisi ini jika memang dirasa perlu. Dalam permainan dan seni silat Beripat Bereging ini ada kedua pemain yang akan berduel untuk mencambukkan rotan ke arah tubuh lawan. Menariknya, meski ada kesan kekerasan dan perlawanan, tapi seni Beripat Beregong ini hanyalah permainan yang tujuan akhirnya adalah untuk mengakrabkan dan mempererat hubungan antar kampung.

6. Lesong Panjang

foto #5 http://anggyrodith.blogspot.co.id
http://anggyrodith.blogspot.co.id

Sebagai perwujudan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen padi maka selepas musim panen masyarakat Belitung akan mengadakan sebuah tradisi bernama Lesong Panjang. Lesong Panjang bisa dikatakan sebuah permainan yang dimainkan dengan menggunakan beberapa alat seperti lesung dan alu. Lesung sebagai alat yang nantinya akan dipukul alu dibuat dari kayu pilihan yang dianggap mampu mengeluarkan bersuara keras dan jernih. Diameter lesung ini adalah antara 25 cm hingga 30 cm, sedangakan panjangnya adalah 1 – 1,5 meter. Sementara itu untuk alu sebagai alat pemukulnya dibuat dengan beragam model dan ukuran dengan panjang dari 75 cm hingga 120 cm serta diameter hingga 4 - 6 cm. Dari pukulan alu ke lesung ini akan dihasilkan bunyi-bunyian dengan irama tertentu tergantung jenis ketukan yang dilakukan. Pemain yang melakukan permainan Lesong Panjang ini memang terdiri dari beberapa orang yang memukulkan alu ke lesong. Jadi dari sini akan muncul harmoni bunyi-bunyian yang menarik karena saling bersautan dan bergantian. Ketukan yang menghasilkan irama yang menarik dari permainan Lesong Panjang tersebut memiliki makna yakni bahwa sesuatu yang dikerjakan secara gotong royong dan terorganisir akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sementara itu gerakan yang dilakukan para pemain dalam permainan Lesong Panjang ini bermakna adanya saling keterkaitan dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Dari sini diharapkan akan tercipta silaturahmi yang kuat dan kehidupan di masyarakat saling mendukung. Sementara itu nyanyain yang didendangkan pada permainan Lesong Panjang ini juga bukan sekedar lagu biasa, tapi merupakan puji-pujian kepada Yang Maha Kuasa.

7. Mandi Belimau

foto #6 http://www
http://www

Jelang bulan Ramadhan, masyarakat Belitung memiliki tradisi yang sudah dilakukan turun menurun sejak lama. Tradisi bernama Mandi Belimau ini sendiri diyakini merupakan ritual 300 tahun lalu yang dilakukan pahlawan rakyat Bangka Depati Bahrin beserta pasukannya untuk menyucikan lahir-batin jelang ‎bulan suci Ramadhan. Dinamakan Mandi Belimau karena memang saat ritual ada prosesi penyiraman (mandi) yang dilakukan seseorang dengan air limau. Sebelum prosesi mandi air limau dijalankan, ada kegiatan ziarah ke makam pahlawan atau tokoh masyarakat yang dihormati. Nah setelah ziarah barulah masyarakat akan menuju ke tempat acara mandi air limau yang digelar di sebuah panggung. Di panggung ini kita bisa mendapati guci besar yang bertuliskan kalimat arab berisi air limau. Air limau yang disiramkan ke kepala dan badan ini sendiri dibuat dari bahan-bahan seperti daun limau, daun mentimun, daun soman, daun limau purut, daun pandan wangi, daun liman, daun serai wangi, akar siak-siak, buah limau prut dan mayang pinang. Bahan-bahan tadi dipilih dan ditentukan oleh kaum pandai dan kaum ulama dengan alasan keharumannya yang dianggap mampu membersihan diri. Sesaat sebelum penyiraman air limau, masyarakat dianjurkan untuk berniat menjalankan kewajiban puasa Ramadhan sebaik-baiknya. Air Limau yang telah disiram sendiri biasanya tidak akan dibilas lagi dengan air bersih dengan tujuan agar keharumannya tetap menyatu dengan tubuh dalam waktu lama. Setelah prosesi Mandi Limau selesai dilakukan maka masyarakat akan saling bersalam-salaman dan meminta maaf. Kegiatan ini menjadi isyarat mensucikan batin yang mungkin bisa muncul karena kesalahan pada orang lain.

Tags: #ecns2007, #estudisprecolombins, #grupoalvorada


Comments

  • belitung comment
    Angga
    8 May 2018

    Terima kasih sudah memberikan referensi untuk bahan penulisan saya.